Mengenai Saya

Foto saya
jakarta, jakarta pusat, Indonesia

Jumat, 30 Juli 2021

Penjelasan Fenomena Kilatan Hijau di Langit Yogyakarta yang Bikin Geger Netizen


Penjelasan Fenomena Kilatan Hijau di Langit Yogyakarta yang Bikin Geger Netizen

Setelah sebelumnya warga Yogyakarta digemparkan dengan penampakan meteor jatuh di puncak Gunung Merapi, kini mereka menemui kilatan hijau yang sama di langit Yogyakarta.

Kilatan cahaya hijau mirip meteor jatuh ini menjadi viral di media sosial. Menanggapi hal tersebut Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) memberikan penjelasan ilmiahnya.

Foto tersebut diambil oleh seorang pelajar bernama Aryo Kamandanu (17). Foto ini selanjutnya ia unggah ke dalam akun media sosial Instagramnya dan akun media sosial mulai repost unggahannya dan menjadi viral di media sosial.

Aryo bercerita bahwa tersebut diambil secara tidak sengaja ketika dirinya tengah belajar astrofotografi bersama dengan adik tingkatnya pada Senin (12/07/2021) malam.

Foto tersebut diambil di sekitaran Monumen Perjuangan TNI AU, Bantul, DIY. Menariknya, ketika memotret ia cuma berbekal kamera HP dan tripod.

"Kameranya otomatis memotret. Saya tinggal tiduran di aspal dekat sawah, pas saya lihat ada kilatan cahaya. Saya kaget. Nah pas tiduran itu saya lihat kayak ada kilatan cahaya gitu dan pas saya lihat kayak meteor gitu tapi agak cepat gitu," kisahnya dengan semangat dikutip dari detikINET.

Tanggapan LAPAN Terkait Meteor Jatuh

Meteor Jatuh Yogyakarta 1d3b7

Mengenai ramainya kilatan berwarna hijau di langit Yogyakarta tersebut, Peneliti Lapan Andi Pangerang menjelaskan hal tersebut adalah meteor sporadis.

"Fenomena meteor jatuh tidak selalu berasal dari hujan meteor, baik mayor (lebih dari 10 meteor per jam) maupun minor (kurang dari 10 meteor per jam). Meteor yang tidak berasal dari hujan meteor disebut juga meteor sporadis," jelas Andi dikutip lewat situs Lapan.

Andi menuturkan bahwa perbedaan mendasar meteor sporadis dengan hujan meteor yakni hujan meteor selalu terlihat beberapa kali sekali dalam setiap jamnya yang berasal dari titik radian (titik kemunculan hujan meteor) yang sama.

Sedangkan, kalau meteor sporadis tak selalu muncul beberapa kali setiap jam juga tidak berasal dengan titik radian yang sama.

Melihat pada hasil tangkapan gambar Aryo, Andi menjelaskan bahwa meteor itu tampak berada di sebelah barat rasi Crux yang saat itu berada di ketinggian 10,9 -14,9 di atas ufuk dan sudah berada di arah 207,9 -213,9 atau arah selatan-barat daya hingga barat daya.

Lebih jelasnya, meteor ini terlihat melintasi kedua bintang di konstelasi Centarus, yakni Gamma Centauri juga Delta Centauri yang ada di arah 219,6 -221,1 atau arah barat daya.

"Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa meteor tampak dari arah barat daya," ujarnya.

Lebih lanjut, Andi menerangkan, saat meteor tampak tidak terdengar suara dentuman apapun. Meteor tersebut juga terlihat oleh sejumlah saksi di Yogyakarta dan daerah sekitarnya, seperti Sukoharjo, Klaten, dan Sragen yang terlihat berwarna kemerahan

"Fireball ini umumnya berukuran 20-60 cm atau 1-3 kepalan tangan dan karena ukurannya kecil, fireball akan habis terbakar oleh atmosfer Bumi, sehingga tidak memungkinkan untuk jatuh ke permukaan Bumi sebagai batu meteor atau meteorit," ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kotak Misterius Berusia 500 Tahun Terungkap di Es Pegunungan Norwegia yang Mencair

Baru-baru ini peristiwa mencairnya es glasial di sepanjang jalur pegunungan Norwegia mengungkap keberadaan dari ratusan artefak kuno di dal...