Mengenai Saya

Foto saya
jakarta, jakarta pusat, Indonesia

Jumat, 30 Juli 2021

Kotak Misterius Berusia 500 Tahun Terungkap di Es Pegunungan Norwegia yang Mencair


Kotak Misterius Berusia 500 Tahun Terungkap di Es Pegunungan Norwegia yang Mencair

Baru-baru ini peristiwa mencairnya es glasial di sepanjang jalur pegunungan Norwegia mengungkap keberadaan dari ratusan artefak kuno di dalamnya.

Salah satu artefak yang menjadi sorotan yakni sebuah kotak kayu dengan penutup yang masih terpasang dengan cukup kuat. Hingga bikin penasaran apa isi dari kotak tersebut.

Para peneliti pun sukses membukanya dan akhirnya kotak ini memperlihatkan isinya yang selama menjadi misteri. Namun, apa yang tersimpan dalam kotak kayu berusia 500 tahun ini?

Mengutip Gizmodo, kotak kayu tersebut rupanya berisi lilin lebah. Bukannya harta karun emas atau perhiasan seperti yang diharapkan sebelumnya.

Namun, yang menjadi menarik adalah lilin lebah dan kotak tersebut ketika ditemukan masih berada di kondisi yang terpelihara dengan cukup baik. Bahkan tutupnya terpasang kuat.

Selain itu, usai dibuka lilin lebah bersama sumbunya tampak masih siap untuk digunakan. Tak heran kalau temuan ini justru mengisahkan hal menarik yang terjadi di masa lampau.

Lapisan es Lendbreen, yang berada di Oppland Country, Norwegia kali pertana ditemukan oleh arkeolog di tahun 2011 lalu. Lapisan es ini mengawetkan benda-benda organik yang terbuat dari kayu, kulit, tulang, hingga wol.

Pemanasan global yang kian parah membuat lapisan es ini mencair dan mengungkap keberadaan dari benda-benda kuno ini, termasuk salah satunya yakni kotak kayu berisi lilin lebah tadi.

Kotak kayu yang menjadi salah satu penemuan paling mengagumkan dari lokasi mencairnya es tersebut pun mengundang rasa penasaran para arkeolog.

Arkeolog bahkan ingin mengetahui usia dari kotak ini, jenis kayu sebagai bahan pembuatnya, dan tentu muatannya yang sudah diketahui berisi lilin lebah.

Lilin Lebah Adalah Benda Berharga di Masanya

Penemuan Artefak Kuno Ead92

Menurut penanggalan radiokarbon, arkeolog mendapati kalau kotak ini terbuat dari pinus yang berasal dari tahun 1475 M hingga 1635 M atau berusia sekitar 386 hingga 546 tahun. Awet sekali bukan?

"Sekarang kita tahu bahwa kotak lilin seperti itu digunakan di masa lalu. Ini juga sesuai dengan apa yang kami ketahui tentang jalur Lendbreen," terang peneliti.

Lebih lanjut, kotak-kotak tersebut dipakai oleh para petani untuk menyimpan juga melindungi lilin ketika mereka menjalani perjalanan dari ladang utama hingga ladang musim panas.

Begitu tiba di ladang musim panas mereka, lilin-lilin tersebut jadi satu-satunya sumber penerangan di malam hari lantaran petani akan mulai bekerja dari awal musim semi sampai musim gugur.

Sehingga bisa dikatakan kalau lilin merupakan sumber daya yang penting dan kala itu diperlakukan layaknya benda yang berharga.

Walau kotak ini tak menyimpan harta dan cuma berisi barang rumah tangga. Namun temuan ini tetap menjadi hal yang penting untuk kontribusi ilmu pengetahuan.

Penjelasan Fenomena Kilatan Hijau di Langit Yogyakarta yang Bikin Geger Netizen


Penjelasan Fenomena Kilatan Hijau di Langit Yogyakarta yang Bikin Geger Netizen

Setelah sebelumnya warga Yogyakarta digemparkan dengan penampakan meteor jatuh di puncak Gunung Merapi, kini mereka menemui kilatan hijau yang sama di langit Yogyakarta.

Kilatan cahaya hijau mirip meteor jatuh ini menjadi viral di media sosial. Menanggapi hal tersebut Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) memberikan penjelasan ilmiahnya.

Foto tersebut diambil oleh seorang pelajar bernama Aryo Kamandanu (17). Foto ini selanjutnya ia unggah ke dalam akun media sosial Instagramnya dan akun media sosial mulai repost unggahannya dan menjadi viral di media sosial.

Aryo bercerita bahwa tersebut diambil secara tidak sengaja ketika dirinya tengah belajar astrofotografi bersama dengan adik tingkatnya pada Senin (12/07/2021) malam.

Foto tersebut diambil di sekitaran Monumen Perjuangan TNI AU, Bantul, DIY. Menariknya, ketika memotret ia cuma berbekal kamera HP dan tripod.

"Kameranya otomatis memotret. Saya tinggal tiduran di aspal dekat sawah, pas saya lihat ada kilatan cahaya. Saya kaget. Nah pas tiduran itu saya lihat kayak ada kilatan cahaya gitu dan pas saya lihat kayak meteor gitu tapi agak cepat gitu," kisahnya dengan semangat dikutip dari detikINET.

Tanggapan LAPAN Terkait Meteor Jatuh

Meteor Jatuh Yogyakarta 1d3b7

Mengenai ramainya kilatan berwarna hijau di langit Yogyakarta tersebut, Peneliti Lapan Andi Pangerang menjelaskan hal tersebut adalah meteor sporadis.

"Fenomena meteor jatuh tidak selalu berasal dari hujan meteor, baik mayor (lebih dari 10 meteor per jam) maupun minor (kurang dari 10 meteor per jam). Meteor yang tidak berasal dari hujan meteor disebut juga meteor sporadis," jelas Andi dikutip lewat situs Lapan.

Andi menuturkan bahwa perbedaan mendasar meteor sporadis dengan hujan meteor yakni hujan meteor selalu terlihat beberapa kali sekali dalam setiap jamnya yang berasal dari titik radian (titik kemunculan hujan meteor) yang sama.

Sedangkan, kalau meteor sporadis tak selalu muncul beberapa kali setiap jam juga tidak berasal dengan titik radian yang sama.

Melihat pada hasil tangkapan gambar Aryo, Andi menjelaskan bahwa meteor itu tampak berada di sebelah barat rasi Crux yang saat itu berada di ketinggian 10,9 -14,9 di atas ufuk dan sudah berada di arah 207,9 -213,9 atau arah selatan-barat daya hingga barat daya.

Lebih jelasnya, meteor ini terlihat melintasi kedua bintang di konstelasi Centarus, yakni Gamma Centauri juga Delta Centauri yang ada di arah 219,6 -221,1 atau arah barat daya.

"Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa meteor tampak dari arah barat daya," ujarnya.

Lebih lanjut, Andi menerangkan, saat meteor tampak tidak terdengar suara dentuman apapun. Meteor tersebut juga terlihat oleh sejumlah saksi di Yogyakarta dan daerah sekitarnya, seperti Sukoharjo, Klaten, dan Sragen yang terlihat berwarna kemerahan

"Fireball ini umumnya berukuran 20-60 cm atau 1-3 kepalan tangan dan karena ukurannya kecil, fireball akan habis terbakar oleh atmosfer Bumi, sehingga tidak memungkinkan untuk jatuh ke permukaan Bumi sebagai batu meteor atau meteorit," ujarnya.

Ilmuwan Sebut Rotasi Bumi Makin Cepat | Ancaman Bahaya Bagi Manusia?

 

Anak SD saja tahu kalau Bumi itu berotasi pada porosnya sekali dalam 24 jam. Namun, rupanya waktu tersebut tidak selalu persis sama.

Misalnya, rotasi Bumi mengalami perlambatan hingga panjang satu harinya bertambah hingga 1,8 milidetik per abad apabila direratakan.

Sehingga, bisa dikatakan kalau sekitar 600 juta tahun lalu, satu hari di Bumi hanya berkisar 21 jam saja loh.

Mengutip dari BBC, panjang satu hari pada planet yang kita tinggali ini dapat bervariasi tergantung dengan sejumlah faktor seperti aktivitas cuaca, seismik, medan magnet Bumi, distribusi massa di planet, hingga pengaruh Matahari dan Bulan.

Namun, pada tahun 2020 ini ilmuwan mendapati kalau sekarang si planet Biru ini rotasinya tidak melambat lagi. Namun, malah bertambah cepat. Bahkan juga porosnya sudah mulai bergeser.

Disebutkan kalau perputaran Bumi bahkan lebih cepat dibandingkan pada catatan waktu manapun dalam 50 tahun terakhir.

Rotasi Bumi C8882

Ilmuwan juga belum bisa memastikan kalau apa yang menjadi sebab rotasi Bumi bisa berputar lebih cepat.

Ada teori yang menyebutkan kalau fenomena ini terjadi lantaran gletser yang sudah banyak mencair pada abad ke-20, alias teori ini mengaitkan dengan akumulasi kuantitas air di Bumi.

Meski begitu, para pakar memprediksi jika bertambahnya kecepatan rotasi Bumi itu cuma berlangsung hanya untuk sementara saja atau tidak terus-menerus.

Sehingga, bisa dipastikan kalau kecepatan rotasi Bumi akan kembali normal atau melambat di masa depan nanti.

Namun, pertanyaan adalah apakah ada dampak bahaya terkait dengan bertambahnya kecepatan rotasi, khususnya bagi umat manusia?

Jawabannya, tidak ada. Para ilmuwan sepakat tidak adanya bahaya dalam kehidupan sehari-hari. Namun, memang kemungkinan akan ada dampak negatifnya.

"Bisa saja ada implikasi serius untuk teknologi seperti satelit GPS, smartphone, komputer dan jaringan komunikasi, yang semuanya bergantung pada sistem waktu yang sangat akurat. Akan tetapi masalah tersebut biasanya dapat teratasi, mungkin mengatur detik," tulis BBC.

Fenomena Aneh di Austalia, Jaring Laba-Laba Berukuran Besar Membentang di Beberapa Kota


Fenomena Aneh di Austalia, Jaring Laba-Laba Berukuran Besar Membentang di Beberapa Kota

Alam memang sulit ditebak. Terkadang, banyak fenomena-fenomena yang sebelumnya belum pernah ada namun terjadi di sekeliling kita.

Fenomena yang terjadi di Australia ini adalah buktinya. Pada beberapa kota di Australia, muncul sebuah fenomena langka berupa banyaknya jaring laba-laba besar yang bermunculan.

Ukuran jaring laba-laba tersebut tampak sangat tak biasa, di mana bisa membentang dari satu pohon ke pohon lain bahkan hingga menyelimuti area semak belukar.

Kebetulan, sebelum fenomena aneh ini terjadi, beberapa kota di Australia memang sempat dilanda hujan lebat berhari-hari sampai menyebabkan banjir.

Seperti yang dikutip dari BBC pada Jumat (18/06/2021), para penduduk di wilayah Gipssland Victoria mengatakan bahwa jaring laba-laba yang seperti sutra ini muncul setelah berhari-hari hujan lebat.

Di salah satu daerah, jaring-jaring ini bahkan bisa membentang hingga lebih dari satu kilometer di sepanjang jalan.

Para ahli pun telah buka suara terkait fenomena langka ini. Menurut ahli, hal ini disinyalir merupakan cara laba-laba dalam bertahan hidup yang dikenal dengan sebutan 'balloning'.

Balloning adalah saat di mana laba-laba membuang sutra untuk naik ke tempat yang lebih tinggi.

Dilansir dari The Age, Jumat (18/06/2021), jutaan laba-laba itu mengevakuasi sarang mereka yang tergenang air akibat banjir. Untuk sementara, laba-laba ini akhirnya naik ke pepohonan dan tanaman.

Hasil dari fenomena tersebut pada akhirnya menciptakan hamparan jaring laba-laba yang terlihat seperti selimut sutra.

Kurator senior spesialis serangga dari Museum Victoria, Dr. Ken Walker, mengatakan kemungkinan ada jutaan laba-laba yang melemparkan jaringnya ke pepohonan sekitar.

"Ini menunjukkan bahwa jumlah mereka bisa puluhan ribu, bahkan juga bisa jutaan laba-laba yang ada di permukaan tanah," ujar Walker.

"Laba-laba yang perlu turun dari tanah secepat mungkin. Ular sutra bisa naik dan menangkap vegetasi, dan mereka dapat melarikan diri," imbuhnya.

Dddd Afa0a

Sementara itu, Carolyn Crossley, seorang anggota dewan di sana, mengaku terkejut ketika melihat fenomena alam yang belum pernah dia lihat.

Dia tak menyangka ada fenomena jaring laba-laba dalam skala yang sangat besar.

Kebetulan, pada Senin, 14 Mei 2021, dia berkunjung ke tanggul danau untuk memantau kerusakan akibat banjir. Namun yang dia temukan justru fenomena jaring laba-laba tersebut.

"Sama sekali tidak menakutkan, itu indah. Semuanya hanya diselimuti jaring laba-laba yang indah ini, ada di seluruh pepohonan dan pagar," kisahnya.

Salah satu warga lokal yang bernama Marco Brunel, mengatakan kalau fenomena jaring laba-laba raksasa ini adalah sebuah keajaiban alam.

"Saya tahu itu dari banjir, karena mereka semua hanyut dan sarang mereka hancur. Mereka tidak punya tempat lagi untuk pergi," katanya.

Menurut ahli, jaring laba-laba raksasa tersebut diprediksi akan menghilang pada akhir pekan ini.

 

Kotak Misterius Berusia 500 Tahun Terungkap di Es Pegunungan Norwegia yang Mencair

Baru-baru ini peristiwa mencairnya es glasial di sepanjang jalur pegunungan Norwegia mengungkap keberadaan dari ratusan artefak kuno di dal...